Mengukur Nisab Padi Dengan Timbangan Setelah Muncul Mesin Panen Padi (Menurut Mazhab Syāfi‘iyyah)

Authors

  • Muhazzir Budiman STIS Al-Aziziyah Sabang

Keywords:

Nisab, Padi, Timbangan dan mesin panen padi

Abstract

Masyarakat Aceh memiliki adat istiadat tersendiri yeng berbeda dengan gaya hidup  daerah lain. Pengaruh adat istiadat itu dapat membentuk sistem agama tersendiri di  Aceh. Islam sangat menghargai fenomena kebudayaan itu. Antara adat istiadat  tersebut adalah takaran untuk menakar nisab zakat padi, seperti are, tem, naleh,  guncha dan lain-lain. Awal nisab padi adalah 10 awsaq, karena ditambah kulitnya  setengah. Satu wasq ukuran 60 sa’, dan satu sa’ setara dengan 3 liter. Maka 10 wasaq  adalah sama dengan 1800 liter. Adapun menurut berat kilogram maka tidak ada  akuran baku. Sedangkan awal nisab padi di Aceh adalah 6 guncha, dan ukuran itu  lebih banyak 120 liter dari ukuran 10 awsaq. Persoalannya adalah setelah muncul  Mesin Panen Padi maka alat-alat takar tradisional itu tidak dibutuhkan lagi, sehingga  membuat petani padi kocar-kacir dalam mengukur nisab padi. Karena itu, harus  beralih ke takaran lain, seperti liter atau beralih ke timbangan. Dalam mazhab  Syāfi‘iyyah mengukur nisab padi dengan timbangan kilogram dibolehkan. Tetapi  dengan teknik khusus, yaitu semua padi yang telah dipanenkan oleh mesin panen padi  itu ditimbangkan terlebih dahulu. Lalu di ambil 1 liter padi untuk ditimbangkan  dengan timbangan analitik secara terpisah. Hasil timbangan 1 liter padi itu dikalikan  dengan 1800 liter. Maka hasil perkalian itu merupakan awal nisab padi.

References

Syeikh Muhammad Yasin al-Fadani, al-Fawā’id al-janiyyah, (Dar al Rasyīd: 1417 H).

Abdul Haq, Ahmad Mubarrok dan Agus Ro’uf, Formulasi nalar fiqh: Telaah Kaidah Fiqh Konseptual, (Lirboyo: Santri Salaf Press, 2009).

Jalalu al-din Muhammad bin Ahmad al-Mahallī, Syarh al-Mahallī, (Bairut: Dar al-Fikr, 2008).

Syaykh al-Syarqāwī, Hāsyiyyah al-Syarqāwī, (al-Hamayn).

Al-‘Allāmah Ibnu Qasim al-Ghazī, Fathul Qarib, (Di pinggir cetakan Hāsyiyyah al-Bayjūrī, Bairut: Dar al-Fikr, 2009).

Syaykh Dawud bin ‘Abd Allah Fatanī, Furū‘ al-Masāil, (Singapor: al haramayn).

Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA, Ketentuan Zakat Padi, (Rumah Fiqih Indonesia: Konsultasi fiqih, 2014), http://rumahfiqih.com, (diakses 20 Januari 2014).

Dā’irah al-Ma‘ārif al-Islāmiyyah, (Markaz al-Syāriqah li al-Ibdā‘ al-Fikrī: 1998).

‘Alī Jum‘ah, al-Mikāyīl wa al-Mawāzīn al-Syar‘iyyah, (Kairo: Dar al Risālah, 2009).

Syeikh Islmail bin Abdul Muthallib al-Asyi, Jam‘u Jawāmi‘ al Musannifāt, (Samarang: Maktabah wa Matba‘ah Sumber Keluarga).

Syaykh Ibrāhīm al-Bayjūrī, Hasyiah al-Bayjuri, (Bairut: Dar al-Fikr, 2009).

Syaykh al- Khatīb al-Syarbaynī, Mughnī al-Muhtāj, Vol. I, (al Maktabah al-Syāmilah)

Downloads

Published

2018-06-30

How to Cite

Budiman, M. . (2018). Mengukur Nisab Padi Dengan Timbangan Setelah Muncul Mesin Panen Padi (Menurut Mazhab Syāfi‘iyyah) . Al Mabhats : Jurnal Penelitian Sosial Agama, 3(1), 117–136. Retrieved from https://jurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/AlMabhats/article/view/2987