Kedudukan Akal Dalam Istinbath Hukum Menurut Kajian Ushul Fiqh

Authors

  • M Jafar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malikussaleh Lhokseumawe

Keywords:

Kedudukan Akal, Istinbath Hukum, Ushul Fiqh

Abstract

Pembahasan ushulfiqh adalah seputar hukum, dalil-dalil dan  pembagiannya, teori pengambilan hukum dari dalil dan kode etik  seorang pengambil hukum. Rukun hukum ada empat, yaitu:  hakim; mahkumalayh; mahkumfih, dan hukum itu sendiri. Sebagai  salah satu rukun hukum, persoalan tentang hakim adalah penting,  sebab berkaitan dengan pembuat hukum dalam syariat Islam.  Sementara itu, ketika melihat produk hukum yang telah  diciptakan oleh para mujtahid, syarat wajib, atau pun syarat sah  dari sebuah perbuatan baik yang bersifat ‘ubudiyah, mu‘amalah ataupun munakahah, sama sekali tidak melepaskan poin ‘aqil (berakal) bagi para pelakunya. Di lain masalah, problematika  penentuan sah atau batal, wajib atau haram dan baik atau buruk  bagi sebuah perbuatan, terkadang menggunakan ukuran akal,  seperti keharamanmengkonsumsi benda-benda yang  membahayakan badan atau nyawa, seperti mengonsumsi racun.  Setelah penulis melakukan analisis dalam berbagai literatur,  ternyata menurut kajian ushulfiqhakal berperan untuk  menetapkan ahliyah (kepatutan) dan taklif (pembebanan hukum)  pada diri seseorang, akal dan istinbath mempunyai keterkaitan  erat karena adanya penggunaan akal maka adanya istinbath, dan  yang menjadi hakim dalam hukum syariat adalah Allah Swt.  Sedangkan akal hanya berperan untuk menyingkap makna-makna  yang tersirat yang terkandung dalam nash untuk menetapkan  hukum pada persoalan-persoalan yang tidak ada nashnya, baik  dalam Alquran maupun hadis. Akal tidak mengandung kebenaran  absolut di dalamnya, tetapi hanya bersifat relatif. Ini menurut  pandangan jumhur ulama fikih. Adapun menurut Mu‘tazilah, akal  berperan secara absolut dalam menetapkan hukum-hukum  syariat. Akal berperan penting dalam menetapkan hukum-hukum  setiap persoalan yang muncul karena di antara dalil hukum adalah  dalil akal, yaitu al-qiyas, al-istihsan, al-istishab, al-mashlahahal mursalah, dan saddal-dzara‘i.

References

‘Abd al-‘Aziz bin Ahmad bin Muhammad ‘Ala’ al-Din al-Bukhari, Kasyfal-Asrar ‘anUshulFakhal-Islam al-Bazdawi, juz IV, cet. I, Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyah, 1997.

‘Abd al-Karim bin ‘Alibin Muhammad al-Namlah, al-Jami‘ li Masa’ilUshulal-Fiqh waTathbiqiha ‘ala al-Madzhabal-Rajih, cet. I, Riyadh: Maktabahal Rusyd, 2000.

Abu al-Hushainal-Bashri, al-Mu’tamadfiUshulal-Fiqh, juz II, Beirut: Dar al Kutub al-’Ilmiyyah, 1403 H.

Abu Yusr Muhammad bin Muhammad bin al-Husain al-Bazdawi, Ma‘rifahal Hujaj al-Syar‘iyyah, cet. I, Beirut: Mu’assisahal-Risalah, 2000.

‘Ali bin Muhammad bin Habib al-Basri al-Mawardi, Adab al-Dunya waal-Din, Softwareal-Maktabahal-SyamilahIshdar Versi 3.15, 2006.

Badral-DinMuhammad bin Bahadir bin ‘Abd Allah al-Zarkasyi, al-Bahr al MuhithfiUshulal-Fiqh, juz I, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2000.

Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqh, jilid I, Bogor: Kencana, 2003.

Haidar Bagir dan Syafiq Basri, Ijtihad dalam Sorotan, Bandung: Mizan, 1996.

Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press, 1986.

Husamal-Din Husain bin ‘Ali bin Hajjajal-Saghnaqi, al-Kafi Syarhal-Bazdawi, cet. I, Riyadh: Maktabahal-Rusyd, 2001.

Ibnal-Qayyimal-Jawziyyah, I‘lÉmal-Muwaqqi‘Ên ‘anRabbal-‘ÓlamÊn, juz III, Beirut: DÉral-Fikr, t.t.

IbrÉhÊm bin MËsÉal-LakhmÊal-GharnÉÏÊal-MÉlikÊal-SyÉÏibÊ, al MuwÉfaqÉtfiUÎËlal-Fiqh, juz III, Beirut: DÉral-Ma’rifah, t.t.

Imam Abu Hamid al-Ghazali, Al-Mustashfa min ‘Ilmal-Ushul, Beirut: Dar al Kutub al-‘Ilmiyah, 2008.

Imam Fakhral-Islam ‘Ali bin Muhammad al-Bazdawial-Hanafi, Ushulal Bazdawi, Karachi: Mir Muhammad Kutub Khanah, t.t.

Imam Muwaffaqal-Din ‘Abd Allah bin Ahmad bin Qudamahal-Maqdisi, Rawdhahal-Nadzir waJunnahal-MunadzirfiUshulal-Fiqh ‘ala Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal, cet. II, Riyadh: Jami‘ah Imam Muhammad bin Su‘ud, 1399H.

Khalid Ramadhan Hasan, Mu‘jamUshulal-Fiqh, cet. I, Mekkah: al-Rawdhah, 1998.

Mahmud bin Muhammad al-Dahlawi, Ifadhahal-Anwar fiIdha’ahUshulal Munar, cet. I, Riyadh: Maktabahal-Rusyd, 2002.

Muhammad Abu Zahrah, Ushulal-Fiqh, Kairo: Dar al-Fikral-‘Arabi, t.t.

Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad asy-Syaukani Relevansinya bagi Pembaruan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Rahmat Djatnika, dkk, Perkembangan Ilmu Fikih di Dunia Islam, Jakarta: Departemen Agama RI, 1986.

Wahbahal-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami, Damaskus: DÉral-Fikr, 1986.

------------------------, al-WajizfiUshulal-Fiqh, Damaskus: Dar al-Fikr, 1999.

Downloads

Published

2016-12-30

How to Cite

Jafar, M. (2016). Kedudukan Akal Dalam Istinbath Hukum Menurut Kajian Ushul Fiqh. Al Mabhats : Jurnal Penelitian Sosial Agama, 1(1), 12–32. Retrieved from https://jurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/AlMabhats/article/view/3044