Kadar Susuan dan Cara Penyusuan yang dapat Menyebabkan Mahramiyyah
Main Article Content
Sebagian ulama seperti Imam Syafi’i dan sebagian pengikut mazhab Hanbali mengharuskan kadar ASI yang diminum bayi mencapai lima kali susuan yang dapat mengenyangkan baru bisa menimbulkan hubungan mahram. dan Imam Hanafi, Maliki, dan sebagian Mazhab Hanbali lainnya tidak mengharuskan lima kali susuan karena sedikit atau banyak sama saja, yakni ketika seorang bayi telah disusui oleh wanita lain maka dengan sendirinya bayi dan ibu yang menyusui tersebut memiliki hubungan mahram tanpa harus diukur berapa kali susuan. Dapat disimpualkan bahwa kualitas susuan yang dapat mengakibatkan adanya hubungan mahram adalah susuan yang dapat menghilangkan rasa lapar atau dapat mengenyangkan seorang anak yang mengkonsumsi air susu ibu (ASI) sebagai menu utamanya. Mengenai cara penyusuan langsung dari payudara seorang ibu ataupun melalui sedotan yang melewati mulut atau hidung, asalkan semua itu mengenyangkan dan menghilangkan rasa lapar bayi sekalipun sekali susuan tetap saja dapat menumbuhkan daging dan menguatkan tulang, maka susuan semacam ini sudah ada hubungan kemahraman (mengharamkan nikah).
Abd ar-Raḥmān al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mażhab al-Arbaʻah, Beirut: Dār Ibn Hazm, 2001.
Abdurrrahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh „alâ al-Mazâhib al-Arba‟ah, Juz. 4, Beirut: Dar al-Fikr, 1972.
Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus al-Bisri; Indonesia-Arab, Arab-Indonesia Surabaya: Pustaka Progressif, 1999.
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indnesia (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1999), h. 540-541
Luis Maʻlūf, Al-Munjid fī al-Lugah wa al-A’lam Beirut: Dār al-Masyriq, 1986.
Al-Imam Abdul Husain bin Muslim Ibnu al-Hajaj al-Khusaeri an-Naesaburri,hadits No.2634, Shahih Muslim, dalam Apk Girfa Esuite.
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006.
Ar-Raghib Al-Ashfahani, “Kamus Al-Qur’an” Jilid 2 (Terjemah Al-Mufradat), Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017.
Cholil Nafis, Fikih Keluarga, Jakarta: Mitra Abadi Press 2009
Chuzaimah, T. Yanggo dan Hafidz Ansori AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Buku I, Jakarta: LSIKA, 2002.
Hasbi Ash Shiiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam(Tinjauan Antar Madzab), Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-Quran / Tafsir, Jakarta : Bulan Bintang, 1994.
Hasby Ash-Shiddiqiey, Pengantar Mu’amalah,Jakarta: Bulan Bintang 1979.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo persada 2007.
Ibn Qudamah, Al-Mughni ala Muktashar al-Khiraqi, Juz VII. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. 1994.
Ibn Rusyd, Bidyatul Mujtahid(diterjemahkan oleh.Abdurrahman M.A & A. Abdullah Haris) cet.I. Semarang: penerbit CV. Asy Syifa’ 1990
Ibnu Rusyd al-Qurtubi al-Andalusi,Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasid, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, T. Th.
Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid Wa Nihayah al Muqtasid, Beirut: Dar Al-Jiil, 1409 H/1989.
Jalal ad-Dīn as-Suyutī, Muntaqa al-Yunbu’ fi ma Zada ar-Raḍāʻah min al-Furu’ Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.Kementrian Agama RI, Tafsir Tematik Al-Qur’an: Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, cet. 1, 2009.
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Hadithah Pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998.
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Mughirah bin Bardizbah al Bukhari, hadits No.4717, Shahih Bukhari,dalam Apk Girfa Esuite.
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Mughirah bin Bardizbah al Bukhari, hadits No.4717, Shahih Bukhari, dalam Apk Girfa Esuite.
Muhammad Suwayd, al-Madhahib al-Islamiyah al-Khamsah Wa al-Madhab al-Muwahhad, Beirut: T. p, T. th.
Muhammad Suwayd, al-Madhahib al-Islamiyah al-Khamsah Wa al-Madhab al-Muwahhad, Beirut: T. p, T. th.
Muslim Al Hajjaj bin muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi, hadits No.2628
Shahih Muslim, dalam Apk Girga Esuite.Saʻīd ibn Hazm, Al-Muhallā bi al-Āṡār, Beirut: Dār al-Fikr, t.th.Sayyid as-Sābiq, Fiqh as-Sunnah, Kairo: al-Fathu li al-I‘lām al-‘Arabī, t.th, juz 3.
Syihab ad-Dīn bin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Aṣqalanī, Fath al-Barī bi Syarh Ṣaḥīḥal-Bukharī, Beirut: Dār al-Ma’rifat, 1990.
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1997, juz 10.
Yusuf al-Qarḍawī, Hady al-Islām Fataw Mu‘aṣirah, terj. As’ad Yasin, Fatwa-Fatwa Kotemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Matibari Al-Fannani, Terjemah Fathul Mu’in, Jakarta : Sinar Baru Algensindo, 2004.