Ihdad Wanita Karir (Tenaga Pendidik Pegawai Negeri Sipil) Perspektif Ulama Kontemporer Kota Lhokseumawe
Main Article Content
Keberadaan wanita karir (tenaga pendidik Pegawai Negeri Sipil) di kota Lhokseumawe yang ditinggal mati suami tidak mendapatkan dispensasi waktu untuk ber ihdad dari pemerintah sejumlah ketentuan syari’at bahkan kalau ia melaksanakan iddah dalam waktu relatif lama tersebut maka atasan akan mengeluarkan Surat Peringatan Pertama (SP.1) dan (SP.2) seterusnya pemecatan, oleh sebab itu maka ia terpaksa keluar rumah untuk bekerja tidak melaksanakan ibadah ihdad. hal ini sangat dilematis bagi wanita karir sehingga perlu solusi bagaimana idialnya ihdad bagi wanita karir, untuk menjawab persoalan tersebut penulis merumuskan dua persoalan pokok. Pertama: Bagaimana konsep ihdad menurut fiqih munakahat, Kedua: Bagaimana pandangan Ulama kontemporer Kota Lhokseumawe terkait ihdad wanita karir. Adapun Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Ihdad Menurut fiqh munakahat adalah halangan atau larangan memakai wewangian dan perhiasan dan tidak boleh keluar rumah bagi wanita secara mutlaq selama empat bulan sepuluh hari. Kedua: Pandangan Ulama kontemporer Kota Lhokseumawe terhadap wanita karir dalam menjalankan ibadah Ihdad, hukum melaksanakan ihdad adalah wajib namun dibolehkan tidak menjalankan secara sempurna karena berhadapan dengan karir yang digelutinya, kebolehan tersebut apabila suami tidak meninggalkan harta warisan yang mencukupi dan terjadi kemudharatan terhadap dirinya dan keluarganya apabila tidak bekerja
Abdul halim Abu syuqqah, Kebebasan Wanita, Penerjemah As’ad Yasin, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Abdurrahman al-Jaziri,Kitab al-Fiqh ala al-Madhahib al-Arba’, juz 4
Abdurrahman Ghazaly, Fikih Munakahat,Jakarta: Kencana, 2003.
Abi suja’ ahmad binHusaini bin Ahmad al-asfihani, al-ghayatu wa al-taqrib, Darul Kutab Muhammadiah (DKM), t. Tp dan t. Th.
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawina Islam di Indonesia Antar Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta ; Kencana, 2007.
Ammal Hamady dan Imron A, Manan, Terj: Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, Surabaya: Rungkut Industri, 2003.
As-Sayid Sabiq, Fiqh al Sunnah, Jilid 3, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Juz 2, hlm. 93.
M. Abdul Ghoffar E.M, Fikih Wanita Edisi Lengkap, Jakarta: Al-Kautsar, 2008.
Ahmad Sunarto, Terjemah Fathul Qarib, Surabaya: Al-Hidayah, t.th.
Muhammad Ali al-Shobuniy, Tafsir al-Ayat al-Ahkam, Juz 1, Beirut: Dar Ibn ‘Ashoshoh, tt.Muhammad Jawwad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab ̧Jakarta: Lentera, 2007.
Samsul Arifin dan Wismar Ain Marzuki, “Ihdad bagi Perempuan Dalam Kompilasi Hukum Islam (sebuah analisis gender),” Lex Jurnalica, 2015.
Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta: Djambatan 1995.
Syarifuddin Anwar dan Misbah Musthafa, Solusi Orang Sholih, Juz 2,Surabaya: Bina Iman, 1993.
Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pegawai Negeri Sipil.
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, Libanon: Darl Fikr. 2006